
Dari hasil usaha keras serta jerih payahnya, kebanyakan orang saat ini dapat nikmati kelezatan mie instan dengan pilihan rasa yang beragam macam. Makanan cepat saji yang memiliki banyak pengagum ini, masuk ke Indonesia pada pertengahan 1960-an.
Sejarahnya gini
Saat ditinggal orang tuanya, Ando (panggilan akrabnya) yang baru berusia 3 th., mesti menolong neneknya mengaturi rumah. Balita ingusan itu mesti melindungi toko, belum lagi untuk membersihkan baju serta mamasak. Akhirnya positif, ia jadi pandai memasak, demikian sebaliknya sekolahnya jadi terlantar.
Profesi juga sebagai seseorang pedagang adalah impiannya. Harta peninggalan orang tuanya juga dipakai untuk berdagang baju rajutan di Taiwan serta Osaka, Jepang. Usahanya terbilang maju. Ia juga dapat kembali ke bangku sekolah merampungkan pendidikan yang pernah tidak terurus.
Tetapi, didalam perjalannya, ia dituduh korupsi dalam perdagangan senjata serta onderdil pesawat terbang. Ia lalu dijebloskan ke penjara. Sesudah 2 th. hidup di Hotel Prodeo, ia lantas dibebaskan. Pada 1956, hanya satu harta yang tertinggal hanya rumah.
Inspirasi Kreatif
Saat itu Amerika Serikat tengah gencar-gencarnya menyumbangkan gandum ke Jepang yang tengah dalam paceklik pangan. Harga terigu jadi murah. Pemerintah Jepang juga menyarankan rakyatnya konsumsi roti serta terigu juga sebagai pengganti nasi.
Lihat beberapa orang melahap mie, di dekat toserba hankyu, Osaka, pikiran Ando juga terbuka. Ia berpikir, kenapa tak bikin mie dari terigu? Tidakkah orang Jepang sangatlah suka pada mie? Terlebih mie di rasa enak, murah, tahan lama, serta tak susah dalam mengolahnya.
Inspirasi liar itu juga selalu bergulir dipikirannya. Hanya ia tidak ingin bikin mie umum yang telah beredar banyak di market. Ia mau bikin mie berbentuk lain yang enak, lebih cepat, gampang di proses, dan mudah didapat dimana-mana.
Dengan cara perlahan-lahan tetapi pasti, Ando mulai wujudkan impiannya, dengan beli mesin pembuat mie, serta bereksperimen bikin mie instant di emper halaman belakang tempat tinggalnya. Awal mula mie digoreng supaya lebih awet, gurih, serta cepat di proses.
Lantas menimbang-nimbang rasa yang cocok untuk kuah mie racikannya itu, di pilihnyalah kuah ayam, karenanya adalah yang netral. Ando membawa misal mie instannya ke suatu toko serba ada. Nyatanya, seluruhnya ludes hari itu juga tanpas bekas. Peristiwa itu berlangsung di th. 1958.
Emperan tempat tinggalnya tidak kuasa menyimpan pesanan. Ia memindahkan usahanya ke suatu gudang kosong di Osaka. Disana Ando bikin mie instant dengan dibantu oleh keluarganya. Mulai sejak tersebut perusahaan-perusahaan besar berebut mau jadi penyalur mie instannya.
Pada desember 1958, Ando menamai perusahaannya “Nissin Foods”. Sebagian bln. lalu ia geser ke suatu pabrik seluas 20. 000 m² (20 Ha). Th. 1960, ia buka pabrik ke-2, serta th. selanjutnya lahir pabrik baru lagi.
Usahanya melalui mie instan juga makin berkembang. Walau mie instant laku manis, ia tidak bosan-bosan bereksperimen untuk selalu melakukan perbaikan kualitasnya. Bahkan juga, ada hasrat mengenalkan serta mejualnya sampai ke luar negeri.
Untuk menjajaki kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa serta Amerika th. 1966. Di sana ia lihat orang makan mie dengan garpu, tanpa ada kuah, serta menggunakan piring, lantaran menyeruput mie dikira tak sopan.
Lantas Ia juga mencermati ada kaldu yang dapat dicampurkan dengan air panas, tanpa ada mesti dimasak. Ada gelas kertas sekali gunakan, serta kertas aluminium juga sebagai wadah kedap hawa.
Ando juga memperoleh ilham kembali untuk bikin mie instant dalam wadah memiliki bahan stereo foam, yang lalu ditutup rapat dengan lembaran aluminium foil. Mie gelas itu tak perlu dimasak, cukup diseduh. Agar tak hancur terkocok-kocok, mie di buat lebih tidak tipis, disiapkan juga garpu untuk mengkonsumsinya.
Di puncak kesuksesannya, Ando yang pada th. 1988 genap berusia 77 th., buka Foodeum di Shinjuku, Tokyo. Gedung itu dimaksud juga “ISTANA MIE”, lantaran memiliki sebagian restoran mie, tempat disko, serta museum mie.
Senantiasa ada saja ide-ide kreatif didalam membuat suatu hal. Bergantung bagaimanakah bisa dengan cermat lihat serta mewujudkannya jadi riil. Dengan kemauan, tekad, usaha keras, jerih payah, serta kesabaran. Siapa juga dapat tentu, tanpa ada kecuali.
No comments:
Post a Comment